Main Cast:
- Zayn Malik as Himself
- Ariana Grande as Gracia Scarllet
- Alexander Ludwig as Billy Dalton
Author: Renata Gita Nurani
PROLOG:
“Aku datang padanya, semata-mata untuk membuatnya bahagia. Namun, dia bertindak sebaliknya, dia yang menyakitiku. Pengkhianatan itu telah menggoreskan luka di hatiku.”—Zayn Malik.
“Cinta memang sulit ditebak. Begitu juga cintaku padanya yang tumbuh ketika orang lain memiliki hatiku. Aku tak berniat mengkhianatinya, karena cintaku tumbuh begitu saja.”—Gracia Scarllet.
“Aku yang lebih dulu mencintainya, aku yang pantas untuk mendapatkannya.”—Billy Dalton.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Pagi yang cerah menyambut kedatangan Gracia Scarllet. Gadis yang biasa dipanggil Gracy oleh teman-temannya ini baru saja menginjakkan kaki di kelas saat sang kekasih datang menghampirinya.
“selamat pagi Gracy. Gadis manis yang paling manis.” Puji Zayn pada kekasihnya, Gracy.
“selamat pagi Zayn. Laki-laki menawan yang paling menawan.” Gracy menciun Zayn tepat di pipinya.
Zayn menatap Gracy sambil tersenyum, “kau tau apa yang aku mau Babe? Kau memang pacar yang pengertian.” Puji Zayn lagi.
“sudahlah Babe. Jangan memujiku berlebihan pagi ini. Aku mau cari tempat duduk dulu.” Ujar Gracy sambil berjalan menuju tempat duduk kosong yang tepat berada disamping tempat duduk Zayn.
Zayn menyusulnya. “pasti kau yang sengaja memesan tempat ini untukku?” tanya Gracy pada Zayn. Zayn tersenyum manis sambil berkata, “sudah pasti Babe. Kau seperti tidak mengenalku?”
**
Zayn Malik adalah laki-laki keturunan Inggris-Pakistan yang cukup populer di sekolah. Selain dia termasuk murid yang pandai, ia juga kerap masuk dalam tim sepak bola inti di sekolah. Banyak perempuan yang tertarik padanya, selain dia pandai dalam semua mata pelajaran dan bermain sepak bola, dia dikenal baik hati.
Sekitar 1 tahun yang lalu, Zayn belum terlalu mengenal Gracy. Gracy adalah gadis pendiam saat pertama kali Zayn melihatnya. Setelah beberapa lama melakukan pendekatan, ternyata Gracy adalah seorang anak yatim piatu yang tinggal bersama paman dan bibinya. Selain itu, Gracy juga menjadi korban bullying di sekolah lamanya. Zayn sering memperhatikan Gracy setiap harinya. Sampai suatu hari, Zayn menolong Gracy yang kesulitan mencari sebuah buku yang ia butuhkan. Akhirnya Zayn mendekatinya, setelah mengenalnya cukup lama ia menyatakan cinta padanya. Zayn ingin membuat Gracy merasa bahagia di lingkungan barunya ini.
Sekarang Zayn benar-benar mencintai Gracy. Zayn yang sebelumnya hanya ingin membahagiakan Gracy berubah menjadi rasa cinta yang benar-benar tulus.
**SKIP**
“Zayn, kau dipanggil ke ruang Science Club sekarang juga. Akan ada rapat pengurus untuk kompetisi bulan depan.” Ujar Miranda, salah seorang anggota Science Club lainnya pada Zayn yang sedang mengambil beberapa buku di lokernya.
“sekarang? Tapi aku ingin ke kantin dengan kekasihku.” Tukas Zayn.
“terserah. Ini semua menentukan Zayn. Apa kau mau lanjut dan mendapat nilai A atau dikeluarkan dari club dan mendapat nilai C ?” Sahut Miranda sembari meninggalkan Zayn.
Usai mengambil bukunya, Zayn segera menghampiri Gracy di kelas, “Babe! Maaf, aku tidak bisa menemanimu makan siang hari ini.” Kata Zayn ketika mengetahui keberadaan Gracy.
“memang kenapa Zayn?” tanya Gracy penasaran.
“aku ada rapat pengurus di Science Club. Tapi aku janji akan segera menemuimu seusai rapat. Aku akan mengantarmu pulang.” Zayn menggenggam tangan Gracy.
“baiklah. Aku menunggumu di parkiran. Seperti biasa Zayn.” Gracy tersenyum padanya. Zayn mengecup kening Gracy, “tenang saja Babe!” Zayn melenggang menuju pintu keluar.
Gracy memutuskan makan siang sendirian di kantin hari ini. Sebelum menuju ke kantin, ia memutuskan untuk meletakkan beberapa barangnya di loker. Tiba-tiba, Billy Dalton menyapanya dengan ramah.
“Hey Gracia!” sapa Billy. Gracy menoleh ke arahnya.
“Billy? Cukup panggil aku Gracy.” Ujar Gracy pada Billy.
“okey, Gracy. Apa Zayn tidak bersamamu hari ini? Mau makan siang bersamaku? Aku yang traktir.” Kata Billy panjang lebar.
“Zayn sedang ada acara. Makan siang? Aku mau tapi—” kata-katanya menggantung.
“tapi apa?” sahut Billy.
“aku takut Zayn marah.” Sahut Gracy.
“ayolah! Zayn tidak akan marah. Ia tidak akan membiarkanmu sendirian. C’mon!” Billy menarik tangan Gracy.
“iya, tunggu sebentar. Aku belum mengunci lokerku.” Ujar Gracy agak kesal.
Gracy dan Billy berjalan menuju kantin. Mereka memesan makanan yang sama—pasta dan cola.
“aku senang bisa makan siang bersamamu.” Ujar Billy.
“benarkah? Mungkin aku yang jarang makan siang bersama anak-anak lain.” Tukas Gracy.
“oh iya, Gracy! Aku bersedia menemanimu saat makan siang kalau Zayn sedang sibuk dengan urusannya.” Kata Billy menawarkan.
“terima kasih Billy.” Sahut Gracy malas.
Gracy tidak menikmati makan siangnya bersama Billy. Dia hanya memikirkan bagaimana dia bisa segera bertemu dengan Zayn.
**
“Pagi Babe. Beri aku semangat pagi hari ini.” Ujar Zayn ketika menjumpai Gracy di kelas Sejarah.
“pagi Babe. Semangat pagi apa?” ujar Gracy heran. Zayn memajukan bibirnya dan mendekat tepat pada bibir Gracy. Gracy mengerti keinginan Zayn dan ia mengecup lembut bibir Zayn.
“sudah. Aku ingin duduk, tidak enak pagi-pagi mengumbar kemesraan di kelas.” Ujar Gracy.
“ayolah. Kau pasti mengerti maksudku.” Zayn menampakkan senyum menawannya.
“iya aku tau. Apa nanti kau ada rapat lagi?” tanya Gracy.
“sepertinya ada. Tapi lebih cepat dari yang kemarin. Jadi, aku bisa menemanimu makan siang seperti biasanya meskipun sedikit terlambat.” Tukas Zayn.
**SKIP**
Jam makan siang telah tiba. Zayn bergegas mengantar Gracy ke kantin sebelum dia memulai rapat di Science Club-nya. Hampir selama 15 menit Zayn meninggalkan Gracy. Usai rapat, dia langsung menemani Gracy makan siang.
“Babe, aku akui aku sangat berat mengatakan ini. Aku harus mengurus semua keperluan Science Club. Aku ditunjuk sebagai ketua. Jadi, selama kurang lebih 3 minggu kedepan, aku akan sibuk dengan urusanku. Tapi aku janji akan memenuhi permintaanmu setelah semuanya selesai—kau minta apa dariku?” Zayn menggenggam mesra tangan kekasihnya itu.
“aku ingin menonton film kesukaanku bersamamu di bioskop.” Tukasnya.
“akan aku beri lebih. Setelah itu aku akan mengajakmu jalan-jalan. Dan kita akan pergi ke tempat yang biasa kita kunjungi.”
“aku rasa itu tidak buruk. Aku setuju Zayn.” Gracy nampak girang, ia tidak sabar menunggu hal itu akan segara terjadi.
**
Mulai hari ini Zayn jarang bertemu dengan Gracy. Ia mulai menyibukkan diri dengan urusannya di Science Club. Namun, kesibukan Zayn menjadi kesempatan tersendiri bagi Billy Dalton—pengagum rahasia Gracy.
Billy Dalton adalah kapten tim basket di sekolah. Ia sudah sejak lama memendam rasa cintanya pada Gracy, hal itu terjadi ketika pertama kali ia melihat gadis itu. Namun, ia kalah cepat dari Zayn yang sekarang menjadi kekasih Gracy. Dan Billy akan memanfaatkan kesempatan ini untuk merebut hati Gracy.
“Gracy, apa kau sendirian saja? Dimana Zayn?” ujar Billy basa-basi.
“Zayn sedang sibuk dengan pekerjaannya di Science Club.” Gracy masih terus fokus pada barang di lokernya.
“mau jalan bersamaku? Aku bisa izin pada Zayn untuk menemanimu selama dia masih sibuk.” Kata Billy menawarkan.
Gracy menatap Billy sejenak. Ia tidak percaya dengan ucapan Billy yang akan meminta izin pada Zayn. Namun, Gracy tidak dapat menolak karena sejujurnya dia mulai merasa kesepian tanpa Zayn.
Billy mengajak Gracy datang ke ruang sekretariat Science Club dan meminta izin pada Zayn untuk menemani Gracy selama Zayn sibuk dengan pekerjaannya.
“Bolehkah aku menemani kekasihmu saat kau sibuk dengan urusanmu? Aku kasihan melihatnya sendiri, aku rasa dia butuh teman.” Ujar Billy.
“boleh. Tapi, apa Gracy mau menerima tawaranmu?” Zayn menoleh ke arah Gracy dengan tatapan penuh tanya. Gracy mengangguk sambil melempar tatapan memohon pada Zayn.
“aku hanya menitipkan dia. Jaga dia baik-baik, setelah semuanya selesai aku tidak akan meminta bantuanmu lagi.” Zayn meraih tangan Gracy dan berbisik ke arahnya, “ingat kata-kataku Gracy.”
“iya Zayn. Terima kasih, kau memang tau segalanya tentangku dan kau pasti tau kalau aku kesepian tanpamu.” Bisik Gracy. Zayn menatapnya dan mencium keningnya, “aku mengerti.” Ujar Zayn.
“Billy, jaga dia baik-baik.” Kata Zayn sambil menoleh ke arah Billy—ia mengangguk mengiyakan.
**
Sudah hampir dua minggu ini Gracy ditemani oleh Billy. Beberapa kebiasaan yang sering ia lakukan bersama Zayn digantikan oleh sosok Billy Dalton termasuk minum kopi bersama di Roseche’s Cafe. Meskipun Zayn sibuk dengan urusannya, namun ia tetap mengawasi gerak-gerik mereka berdua—sekali lagi karena cintanya terlalu tulus untuk Gracy.
Zayn mulai berfikir kalau Gracy sudah merasa nyaman berada di dekat Billy. Justru Billy lebih mencurahkan kasih sayang yang lebih dibanding Zayn. Billy sering mengantarkan Gracy pergi kemanapun dia mau, bahkan Billy sering menemani Gracy sepulang sekolah untuk pergi ke perpustakaan. Namun, mereka berdua tidak menyadari pengawasan dari Zayn.
**SKIP**
Zayn berniat pergi ke rumah Gracy ketika kesibukannya mulai berkurang. Ia sudah membawakan sebuah hadiah untuknya—sekotak coklat kesukaan Gracy. Namun, sebelum Zayn sempat memarkirkan mobil di depan rumah Gracy, ia melihat Billy menghampiri Gracy yang ketika itu sedang berkebun di depan rumah.
“Hey Gracy!” teriak Billy.
“Hey Billy!” sahut Gracy seraya meletakkan sekop tanamannya.
“ini untukmu.” Billy memberikan sebuket bunga mawar putih.
“white rose? Dari mana kau tau bunga kesukaanku?”
“itu tidak penting. Dan aku punya hadiah lagi.” Billy mengeluarkan kotak kecil berisi sebuah gelang. Dia membuka kotaknya dan memasangkan gelang itu pada pergelangan tangan Gracy.
“cantik, sangat cantik. Terima kasih Billy.” Gracy mengecup lembut pipi Billy.
Zayn yang menyaksikan itu langsung merasakan sesak di dadanya, seakan dia baru saja tertimpa beban berat tepat di dadanya. Zayn segera memacu mobilnya ketika Gracy dan Billy masuk ke dalam rumah.
Sesampainya di rumah, Zayn membaringkan tubuhnya sambil memejamkan mata, ia berfikir semua yang ia lihat tadi hanyalah mimpi—namun Zayn sadar kalau semuanya adalah nyata. “Zayn, ingat mereka hanya berteman. Kau mencintai Gracy sepenuh hati, kau tidak ingin dia merasa kesepian saat kau tidak bersamanya. Dia akan kembali padamu setelah semua urusanmu selesai.” Gumam Zayn dalam hati. Ia sudah tidak bisa berfikir jernih lagi, semuanya kacau. Dia mulai tidak konsen dengan semuanya. Namun, ia berhasil menyakinkan dirinya kalau semuanya akan baik-baik saja.
**
Sore itu ketika Zayn sedang melepaskan penat, dia melihat Gracy dan Billy keluar dari bioskop.
“Billy, aku suka dengan film yang kita tonton tadi. Benar-benar romantis.” Ujar Gracy.
“aku tidak salah pilih kan?” Billy menatap Gracy. Gracy mengangguk pelan.
“oh iya, kita jalan-jalan yuk?”
“bukan ide yang buruk.” Ujar Gracy. Billy menggandeng tangan Gracy dengan mesra.
Zayn mengikuti kemana mereka pergi. Pertama, mereka pergi ke Roseche’s Cafe dan duduk bermesraan. Kedua, Billy mengajaknya pergi ke toko alat musik dan kembali mereka menunjukkan kemesraannya. Dan yang terakhir, Billy mengajak Gracy ke sebuah taman dan Zayn menyaksikan kejadian yang sungguh menyakitkan untuknya—Gracy menerima Billy sebagai kekasihnya.
“Aku tau kau selalu kesepian dan aku datang untuk menjagamu, Gracy. Kau mau jadi kekasihku?” Billy menggenggam tangan Gracy dan menatapnya lekat-lekat.
“Billy, aku tau kau memang selalu menemaniku. Tapi, aku milik Zayn.” Tukas Gracy ragu.
“Sttttt.. jangan sebut nama orang itu. Tapi aku yakin kalau kau mulai mencintaiku. Aku tau hal itu, matamu yang memberitahuku semuanya, kau tidak bisa mengelak Gracy.” Ujar Billy sedikit memaksa.
“iya, memang harus aku akui. Lama kelamaan, aku mulai mencintamu. Tapi ini sangat sulit, Zayn belum mengetahui semua ini.”
“sudahlah. Zayn pasti akan mengerti. Kau mau jadi kekasihku?” Billy mengulang pertanyaan yang sama.
Gracy mengangguk, “iya. aku tidak bisa menolaknya.” Billy tersenyum pada Gracy dan perlahan bibirnya menekan lembut bibir Gracy dihadapan Zayn—lelaki yang disebut kekasih oleh Gracy.
Zayn terdiam, ia tidak bisa membayangkan semua hal yang baru saja ia lihat. Zayn masih tidak percaya dengan semuanya. Dengan langkah gontai, ia meninggalkan taman dan bergegas pulang ke rumah.
“Ya Tuhan. Semua yang aku lihat itu benar? Gracy mengkhianatiku? Aku harus selesaikan semua masalahku.” Gumam Zayn dalam hati. Ia segera mengambil ponsel dan menelfon Gracy.
“Gracy, kau dimana?” tanya Zayn.
“aku sedang ada di rumah. Kenapa Zayn?” Dusta Gracy.
“bohong. Kau dan kekasih barumu sedang ada di taman kan? Gracy, jawab jujur pertanyaanku.
“kau tau semuanya Zayn?”
“kau mengkhianatiku.” Zayn memutuskan pembicaraannya.
**
Zayn menghampiri Gracy yang kebetulan satu kelas dengannya pagi ini.
“jelaskan padaku. Apa yang sebenarnya terjadi?” tanya Zayn.
“aku punya kekasih lain. Dan dia adalah Billy. Laki-laki yang menemaniku ketika kau sibuk dengan urusanmu.” Tukas Gracy.
“semua urusanku telah usai. Apa kalian tak ingat janji yang kalian ucapkan padaku?” Zayn menatap Gracy—sebuah tatapan kemarahan.
“kami ingat. Tapi sekarang keadaannya berbeda.”
“Kau melakukan apa yang biasa kau lakukan bersamaku. Apakah dia mencintaimu seperti aku mencintaimu? Apakah kau lupa semua rencana yang telah kau buat denganku? Menonton film dan mengajakmu jalan-jalan? Tapi aku tak akan lupa dengan semuanya.” ujar Zayn, tatapannya makin dalam.
“Seharusnya aku yang menggenggam tanganmu, seharusnya aku yang membuatmu tertawa, seharusnya aku yang merasakan ciumanmu, seharusnya aku yang memberimu hadiah, seharusnya aku yang memberimu bunga. Ini sungguh menyedihkan! Semua ini salah, aku tak tahan. Percayalah, ini seharusnya aku.” Ucap Zayn lagi. Gracy menatap Zayn.
“Perlu sedikit waktu dari kesalahanmu.” Tukas Gracy.
“kau lucu. Kau pergunakan waktu untuk menggantikanku? Semudah itu? apa kau kira aku tidak melihatmu jalan ke bioskop, Roseche’s Cafe, toko musik dan taman sore kemarin? Kau salah, aku melihat semuanya dengan mata kepalaku sendiri.” Tukas Zayn.
“semuanya terjadi begitu saja. Aku mencintai Billy dan aku sulit untuk melepasnya.” Sahut Gracy.
“apakah aku harus perjuangkan cinta atau menyerah, karena sekarang semuanya sulit dijaga. Kau telah menggores luka dihatiku. Ingat Gracy, awalnya aku hanya sekedar ingin membahagiakanmu, tapi lama-kelamaan cintaku padamu tulus dan kau tidak bisa menerima ketulusanku. Mulai sekarang, anggap saja kita tidak pernah bertemu dan menjalin hubungan. Aku pergi dari kehidupanmu.” Zayn bangkit dari duduk.
“dan satu lagi, terima kasih telah menggoreskan luka yang paling dalam di hatiku.” Sambung Zayn seraya pergi meninggalkan Gracy.
“aku memang tidak pantas bagimu. Aku berharap kau akan dapatkan pengganti yang lebih baik dariku. Maafkan aku Zayn!” teriak Gracy. Namun, Zayn tidak menghiraukannya.
Who's next? Louis, Liam, or Harry?? ^_^
Sumber : Real Directioners
Tidak ada komentar:
Posting Komentar